Istilah resesi ekonomi kerap terdengar di telinga masyarakat. Namun, tak semua masyarakat tentu memahami istilah resesi ekonomi tersebuut. Saat mendengar istilah resesi yang terlintas di benak masyarakat biasanya terkait dengan masalah keuangan dan kondisi finansial yang memburuk. Resesi juga kerap disebut sebagai salah satu ancaman paling menakutkan bagi semua negara dunia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resesi memiliki arti kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri). Sementara arti resesi yang dikutip dari lamansikapiuangmu.ojk.go.id, yaitu suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta adanya pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut turut.
Namun secara umum resesi sendiri merupakan perlambatan atau kontraksi besar dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Istilah resesi muncul ketika suatu negara mengalami penurunan pada roda perekonomian dalam kurun waktu yang lama. Situasi ini biasanya akan ditandainya dengan melemahnya produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut turut. Meski ancaman inflasi berjalan lama namun ancaman ini tak bisa diabaikan begitu saja, lantaran resesi dapat membuat runtuh perekonomian suatu negara, seperti Sri lanka yang baru baru ini hancur akibat dihantam gejolak resesi .
1. Inflasi Resesibiasanya akan muncul karena dipicu beberapa hal salah satunya guncangan inflasi yang tak kunjung mereda, kondisi ini terjadi imbas dari melonjaknya berbagai harga komoditas di pasar global. Apabila situasi ini terjadi dalam kurun waktu yang lama maka dapat membuat daya beli masyarakat menurun. 2. Gelembung Aset
Tak hanya itu saja penyebab lain dari munculnya resesi juga bisa dipicu dari melonjaknya gelembung aset suatu negara. Meroketnya angka inflasi akan membuat para investor melakukan safe haven dengan menjual semua sahamnya. Adanya panic selling tentunya dapat merusak pasar karena harga properti akan ikut jatuh menyusul ramainya aksi jual yang dilakukan investor. 3. Lonjakan Suku Bunga Inflasi yang melambung memicu bank sentral untuk memperketat kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga acuan. Namun masalah tersebut membuat daya beli masyarakat menurun.Kondisi ini juga akan membebani debitur dalam melangsungkan transaksi pembayaran. Apabila utang tersebut tak kunjung dibayarkan debitur, maka perbankan bisa kolaps. Dengan begini aktivitas perekonomian suatu negara akan menjadi terhambat. Inilah yang membuat kenaikan suku bunga menjadi pemantik utama resesi.
4.Deflasi Deflasi merupakan kondisi dimana suatu negara mengalami kekurangan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Sekilas deflasi bisa meningkatkan daya beli masyarakat, tapi jika terjadi berlebihan akan merugikan penyedia barang dan jasa. Dimana kondisi tersebut dapat membuat suatu barang atau jasa mengalami penurunan harga secara terus menerus. Hal inilah yang dikhawatirkan dapat membuat konsumen menunda pembelian dan menunggu hingga nominal terendah. Apabila ini dibiarkan maka daya beli suatu negara akan melemah, hal tersebut tentunya dapat memicu terjadinya resesi.
5. Guncangan Ekonomi Munculnya guncangan ekonomi yang terjadi secara mendadak dan tidak direncanakan seperti pandemi Covid 19, bisa menjadi penyebab serius munculnya resesi. Hal ini akan membuat pendapatan suatu negara menurun dan berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat global 6. Tumpukan Utang
Membengkaknya utang suatu negara juga bisa menjadi faktor penyebab resesi. Utang yang melonjak membuat biaya pelunasannya meninggi, bahkan ini bisa membuat suatu negara tersebut mengalami default atau gagal bayar. 7. Perkembangan Teknologi Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi. Sebagai di abad ke 19, dimana saat itu tengah terjadi revolusi industri akibat peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.
Apabila perusahaan besar mulai memangkas karyawannya dan beralih menggunakan teknologi canggih maka hal tersebut dapat memicu bertambahnya angka pengangguran. Melonjaknya angka pengangguran di tengah lesunya perekonomian negara dikhawatirkan dapat membuat standar kehidupan menurun, serta membuat penghasilan pajak negara anjlok. Dengan begitu suatu negara tak dapat lagi melakukan kegiatan impor untuk memasok kebutuhan pokok warga negaranya, seperti impor pangan, BBM, dan obat obatan. Dampak resesi sangat terasa efeknya pada semua kegiatan ekonomi, bagi pemerintah lonjakan harga akan membuat masyarakat kehilangan selera untuk membelanjakan uangnya. Dengan menurunnya pengeluaran belanja konsumen, maka situasi ini dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi negara.
Tak hanya itu adanya resesi juga dapat membuat suatu negara gagal melakukan ekspor karena kekurangan bahan baku, hal ini lantas membuat pendapatan pajak negara menurun. Kondisi tersebut diperparah dengan meningkatnya biaya pembayaran kesejahteraan. Alasan inilah yang membuat suatu negara mengalami defisit anggaran. Bagi perusahaan, dampak resesi berpotensi besar membuat para pelaku bisnis gulung tikar. Ketika terjadi resesi ekonomi, daya beli masyarakat menurun dan pendapatan perusahaan bakal semakin kecil. Kondisi ini yang mengancam kelancaran arus kas pendapatan perusahaan.
Sementara efek resesi bagi masyarakat, yaitu bertambahnya angka pengangguran. Imbas dari pemangkasan karyawan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi kerugian yang makin meluas, inilah yang membuat pengangguran semakin meningkat di tengah meningkatnya harga pangan. Setelah mengetahui seberapa bahaya ancaman resesi, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya resesi, diantaranya memperkuat daya beli melalui belanja besar besaran. Dengan cara ini pelaku usaha akan tergerak untuk berinvestasi.
Selain itu pemerintah juga bisa memberikan bantuan finansial pada pelaku usaha agar kegiatan produksi tetap berjalan. Melalui cara tersebut daya beli masyarakat bisa meningkat dengan begitu investor bisa kembali percaya untuk membangun kembali modal investasi.