Obat tradisional atau herbal merupakan ramuan atau olahan bahan alami baik tumbuhan, hewan, atau campurannya yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan. Masyarakat Indonesia telah memanfaatkan tanaman sebagai obat obatan sejak ribuan tahun yang lalu. Dekan FFUI, Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt memaparkan bahwa Indonesia memiliki potensi obat herbal yang dapat dimanfaatkan untuk meredam keganasan Covid 19.
"Seperti misalnya jahe merah dan sambiloto. Bahkan terakhir, sambiloto di Thailand sudah dilakukan uji klinis ternyata hasilnya memberikan harapan untuk perbaikan klinis bagi dari penderita Covid 19," ujar Mahdi, dalam dengan tema 'Ramuan Herbal dan Suplemen Kesehatan untuk Isolasi Mandiri Penderita Covid 19' pada Oktober 2021. Berdasarkan keputusan KBPOM tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alami Indonesia, obat herbal digolongkan menjadi tiga macam. Jenis pertama adalah jamu, dan kedua adalah obat herbal terstandar, yaitu obat herbal yang sudah dibuktikan melalui uji pra klinik.
Kemudian yang terakhir adalah fitofarmaka, yaitu obat herbal yang sudah dibuktikan melalui uji klinik. Sebagai informasi, kasus Covid 19 di Indonesia kembali mengalami lonjakan yang signifikan akibat munculnya varian Omicron. Juru Bicara Vaksinasi COVID 19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan varian omicron memiliki karakteristik tingkat penularan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan varian Alpha, Betha, dan Delta.
Namun, jika dilihat dari gejala, lebih ringan dan tingkat kesembuhan juga sangat tinggi. Sehingga, pasien positif Omicron tanpa gejala atau gejala ringan diimbau isolasi mandiri (Isoman) di rumah. “Pasien yang masuk rumah sakit, 85% sudah sembuh, sedangkan yang kasusnya berat, kritis hingga membutuhkan oksigen sekitar 8%,” kata Siti Nadia, dikutip dari laman Kemenkes .
Lantas, apa saja obat herbal yang bisa digunakan untuk pasien Covid 19 yang menjalani isoman? Penderita Covid 19 secara umum dapat mengalami beberapa tingkatan gejala, yakni tanpa gejala, gejala ringan atau sedang, dan gejala berat atau kritis. Penderita yang memiliki gejala ringan dan tanpa gejala masih diperbolehkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
Penggunaan obat tradisional atau herbal disarankan untuk penderita bergejala ringan atau tanpa gejala karena memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah menjaga daya tahan tubuh, penurun panas, pereda nyeri, pereda radang, pereda batuk, antidiare, dan antimual atau muntah. Beberapa obat herbal yang dapat digunakan untuk meredakan gejala Covid 19 adalah herbal sambiloto, lada, daun seledri, jahe, kencur, dan masih banyak yang lainnya.
"Herbal sambiloto sebagai penjaga daya tahan tubuh dan penurun panas, buah lada dan daun mint untuk pereda nyeri, daun seledri untuk pereda radang, rimpang jahe dan kencur untuk pereda batuk dan antimual, dan juga daun jambu biji sebagai antidiare." ujar Prof. Berna, Guru Besar Fakultas Farmasi Indonesia (FFUI). Sementara itu, Guru Besar Program Studi Farmasi FIKES Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. apt. Aprilita Rina Yanti Eff, M.Biomed, menjelaskan beberapa ramuan herbal (jamu) yang bisa digunakan untuk mengatasi gejala Covid 19 ringan dan menjaga daya tahan tubuh. "Saat ini memang tidak pengobatan spesifik untuk Covid 19,"
"Peneliti di sini berusaha mencari cara terbaik untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit, termasuk salah satunya menggunakan obat herbal,” ujar Prof. Aprilita. Formula pertama terdiri dari jahe merah dua ruas jari, jeruk nipis satu buah, kayu manis tiga jari, gula merah secukupnya, dan air tiga cangkir. Formula pertama tersebut dapat digunakan untuk menghangatkan tubuh hingga membantu meredakan nyeri.
Formula kedua terdiri dari kunyit satu ruas jari, lengkuas satu ruas jari, jeruk nipis satu buah, gula merah secukupnya, dan air sebanyak tiga cangkir. Formula ini berguna sebagai immunomodulator dan memodulasi respon imun. Meskipun jamu sudah digunakan sejak lama, tetapi belum ada bukti bahwa penggunaan jamu untuk pasien Covid 19 aman.
Oleh karena itu penggunaan jamu hanya berfokus untuk menghilangkan gejala saja sehingga harus tetap ditambah dengan obat konvensional. Data yang tersedia saat ini masih sebatas in silico atau pengujian berbasis komputer.